Pertumbuhan penduduk, kenaikan pendapatan per kapita, dan rendahnya konsumsi minyak kelapa sawit pada negara berkembang menjadi faktor penggerak untuk bisnis dalam jangka panjang.
Serta kenaikan permintaan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) sebagai bahan baku untuk makanan. "Artinya kesempatan bagi kita (pelaku usaha)," kata Managing Director Asian Agri Group, Kelvin Tio di Singapura, Jumat (5/12/2014).
Ia memperkirakan kebutuhan minyak kelapa sawit secara global mencapai 78,3 juta metrik ton pada 2020. Jumlah tersebut akan dipenuhi oleh industri kelapa sawit Indonesia sekitar 43,4 juta metrik ton. Lalu diikuti Malaysia sekitar 21,2 juta metrik ton ton.
Menurut Kelvin, 'Negeri Jiran' telah mengalami kendala pada keterbatasan lahan. Alhasil, Indonesia mendominasi industri minyak kelapa sawit secara global dengan pertumbuhan produksi.
Berdasarkan data Asosiasi Ahli Perminyakan Malaysia (Malaysian Oil Scientists and Technologists Association/MOSTA), Indonesia memproduksi 30 juta metrik ton minyak kelapa sawit pada 2013 atau setara dengan 53 persen pemanfaatan secara global. Sedangkan Malaysia sekitar 19 juta metrik ton atau 33 persen.
Kenaikan permintaan minyak kelapa sawit seiring sejumlah negara yang memanfaatkan produk itu sebagai bahan baku untuk makanan. Seperti Bangladesh, Pakistan, dan Amerika Serikat. Meski sebelumnya minyak nabati mendominasi negara tersebut. Peralihan tersebut didukung rendahnya harga minyak kelapa sawit.
Akan tetapi kondisi tersebut juga mengancam program konversi. Karena harga minyak dunia turun maka ada selisih harga. "Tidak lagi feasible (layak) melakukan konversi, kalau pemerintah hanya menghimbau bukan memberikan sanksi bila tidak melaksanakan," paparnya.
Limbah kelapa sawit juga dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Kelvin mengatakan Asian Agri Group akan memulai commisioning lima pabrik yang berkapasitas masing-masing 2 megawatt (MW) pada April 2015. Realisasi itu merupakan bentuk keikutsertaan Asian Agri Group dalam memproduksi energi terbarukan.
Asian Agri Group juga akan memperluas lahan kelapa sawit. Perusahaan kelapa sawit itu berencana menambah lahan seluas 60 hektare (ha) hingga 2020 melalui program petani swadaya, sehingga menjadi 220 ribu ha. Saat ini Asian Agri Group mengelola 160 ribu ha lahan kelapa sawit. Luas itu memproduksi sebanyak 1 juta metrik ton CPO. Selain perluasan lahan, Asian Agri Group juga melakukan penanaman kembali (replanting) seluas 8 ribu ha per tahun.
Kelvin menambahkan Asia Agri Group juga menargetkan kebun inti dan plasma akan tersertifikasi dengan RSPO pada 2015. Sebelumnya, kedua wilayah sudah tersertifikasi dengan ISCC.
Serta kenaikan permintaan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) sebagai bahan baku untuk makanan. "Artinya kesempatan bagi kita (pelaku usaha)," kata Managing Director Asian Agri Group, Kelvin Tio di Singapura, Jumat (5/12/2014).
Ia memperkirakan kebutuhan minyak kelapa sawit secara global mencapai 78,3 juta metrik ton pada 2020. Jumlah tersebut akan dipenuhi oleh industri kelapa sawit Indonesia sekitar 43,4 juta metrik ton. Lalu diikuti Malaysia sekitar 21,2 juta metrik ton ton.
Menurut Kelvin, 'Negeri Jiran' telah mengalami kendala pada keterbatasan lahan. Alhasil, Indonesia mendominasi industri minyak kelapa sawit secara global dengan pertumbuhan produksi.
Berdasarkan data Asosiasi Ahli Perminyakan Malaysia (Malaysian Oil Scientists and Technologists Association/MOSTA), Indonesia memproduksi 30 juta metrik ton minyak kelapa sawit pada 2013 atau setara dengan 53 persen pemanfaatan secara global. Sedangkan Malaysia sekitar 19 juta metrik ton atau 33 persen.
Kenaikan permintaan minyak kelapa sawit seiring sejumlah negara yang memanfaatkan produk itu sebagai bahan baku untuk makanan. Seperti Bangladesh, Pakistan, dan Amerika Serikat. Meski sebelumnya minyak nabati mendominasi negara tersebut. Peralihan tersebut didukung rendahnya harga minyak kelapa sawit.
Akan tetapi kondisi tersebut juga mengancam program konversi. Karena harga minyak dunia turun maka ada selisih harga. "Tidak lagi feasible (layak) melakukan konversi, kalau pemerintah hanya menghimbau bukan memberikan sanksi bila tidak melaksanakan," paparnya.
Limbah kelapa sawit juga dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Kelvin mengatakan Asian Agri Group akan memulai commisioning lima pabrik yang berkapasitas masing-masing 2 megawatt (MW) pada April 2015. Realisasi itu merupakan bentuk keikutsertaan Asian Agri Group dalam memproduksi energi terbarukan.
Asian Agri Group juga akan memperluas lahan kelapa sawit. Perusahaan kelapa sawit itu berencana menambah lahan seluas 60 hektare (ha) hingga 2020 melalui program petani swadaya, sehingga menjadi 220 ribu ha. Saat ini Asian Agri Group mengelola 160 ribu ha lahan kelapa sawit. Luas itu memproduksi sebanyak 1 juta metrik ton CPO. Selain perluasan lahan, Asian Agri Group juga melakukan penanaman kembali (replanting) seluas 8 ribu ha per tahun.
Kelvin menambahkan Asia Agri Group juga menargetkan kebun inti dan plasma akan tersertifikasi dengan RSPO pada 2015. Sebelumnya, kedua wilayah sudah tersertifikasi dengan ISCC.
artikel lainnya